Menabung adalah suatu hal yang penting baik sebagai suatu pemenuhan rencana di masa depan atau sebagai cadangan dana darurat. Terlebih pembaca yang budiman adalah seorang yang sudah memiliki penghasilan sendiri, tentu saja menabung adalah suatu hal yang penting. Tapi pembaca yang budiman perlu mengingat, disamping memiliki penghasilan, sudah pasti sebagai manusia yang hidup, kita pasti memiliki biaya untuk hidup. Maka, dari selisih penghasilan dikurangi dengan biaya untuk hidup, seperti sandang, pangan, papan, dapat dialokasikan untuk ditabung. Namun, yang ingin saya bahas dan diskusikan pada artikel ini, adalah BIAYA HIDUP yang bisa menjadi alasan saya dan pembaca yang budiman menjadi gagal menabung.
Penghasilan Saya Kurang
Banyak orang yang berkata, gaji saya kurang, atau gaji saya terlalu kecil. Baik, menurut saya, kita perlu refleksikan diri, benarkah gaji saya terlalu kecil atau kurang? Kebutuhan standar manusia adalah Sandang yaitu pakaian, Pangan yaitu makanan, dan Papan yaitu tempat tinggal. Tapi yang sedikit tricky pada kebutuhan dasar ini adalah standar minimum gaya hidup seseorang. Misalkan saja, saya suka membeli pakaian yang branded agar terlihat keren dan berduit, atau saya suka makan di resto yang terkenal karena rasanya enak, atau saya lebih suka tinggal di apartemen, fasilitas lengkap, ada kolam renang, gym club, dan sebagainya. Hal tersebut tidak ada salahnya kok pembaca yang budiman jika memang hal tersebut tidak melebihi 50% dari jumlah total penghasilan anda.
Namun akan menjadi tidak baik apabila pembaca yang budiman tidak memperhitungkan secara cermat biaya yang dapat muncul karena standar minimum gaya hidup. Mungkin saja penghasilan sangat pas untuk menutupi biaya tersebut karena ingin terlihat mampu secara hubungan sosial. Tapi hal ini menjadikan kita lupa untuk menabung loh... Ingat, secara statistik, manusia memiliki puncak produktivitas pada umur 29 hingga 49 tahun. Setelah itu, tren produktivitas kebanyakan orang adalah cenderung menurun. Ya, tentu saja karena kita pada umur tersebut akan semakin menua dan tidak selincah dahulu di waktu masih pada usia muda dan produktif. Jika pembaca yang budiman tidak pernah sama sekali menyisihkan penghasilan yang cukup untuk ditabung di hari tua, maka kita bisa membayangkan betapa susahnya masa-masa tersebut dimana kita tidak bisa menikmati hari tua yang tenang dan bahagia. Oleh karena itu kita perlu mempersiapkan tabungan dan rencana untuk hari tua.
Kemudian menabung juga diperlukan sebagai cadangan dana darurat dimana dalam perjalanan menuju usia tua, kita tidak pernah tahu apapun yang akan terjadi. Sebagai contoh, terjadi bencana alam, resesi ekonomi, atau sakit. Mungkin sebagian besar dari pembaca yang budiman memiliki benefit dari kantor salah satunya jaminan/asuransi kesehatan. Namun berdasarkan pengalaman saya, tidak semua biaya perawatan rumah sakit baik BPJS maupun asuransi swasta menanggung 100% biaya pengobatan. Pembaca yang budiman bisa membaca salah satu artikel saya ini "Pengalaman Rawat Inap BPJS 2020 di RSIA Bunda Margonda Depok - Saya Tidak Mau Pakai Lagi".
Kemudian, jika terjadi resesi ekonomi seperti pada tahun artikel ini ditulis, yaitu terjadinya pandemi Covid-19 yang mengakibatkan PHK dan harga pangan yang secara signifikan meningkat. Jika salah satu dari kita terdampak PHK dan tidak memiliki dana darurat, tentu saja hal ini akan makin mempersulit hidup kita. Kurang lebih sama halnya dengan bencana alam yang mungkin saja terjadi sehingga secara langsung maupun tidak langsung juga mengakibatkan resesi ekonomi.
Oleh karena itu menabung adalah suatu hal yang sangat penting.
Selain gaya hidup yang diluar standar kemampuan finansial, ada beberapa hal yang perlu dicermati mengapa kita gagal menabung.
Era Teknologi Serba Canggih
Pada era modern ini, semua hal dapat diakses melalui telepon genggam atau smartphone yang terhubung dengan internet. Cukup usap dan sentuh, apapun yang anda butuhkan akan dengan mudah didapatkan. Cukup buka aplikasi online shop, pilih barang yang disukai, masukkan nomor kartu kredit, barang datang. Tapi para pembaca perlu cermat dengan kemudahan ini, yaitu sifat konsumtif yang akan timbul karena kemudahan informasi. Sebagai contoh pada gambar di bawah ini dari salah satu e-commerce favorit saya, ada informasi flash sale yang terkesan "banting harga murah".
Menggiurkan bukan? Sebagai contoh, kita dapat lihat pada produk nestle Milo Activ-Go, kesannya murah kan? Cukup dengan harga Rp. 82.000,- anda sudah mendapatkan 1 Kg susu milo favorit anda. Tapi apakah anda sudah mengecek harga sesungguhnya? Atau sudahkan pembaca yang budiman mengecek harga di tempat lain? Baik, akan saya bantu cek di salah satu e-commerce pesaing seperti gambar di bawah ini.
Loh, ternyata lebih murah ya...
Oke, yang menjadi pertimbangan selanjutnya, apakah saya membutuhkannya? Apakah ada yang tidak bisa saya kerjakan atau penuhi ketika saya tidak membeli barang ini? Jika jawabannya adalah TIDAK, pembaca yang budiman dapat segera menutup aplikasi tersebut dan memikirkan berapa yang bisa saya tabung. Hal ini juga berlaku pada hal apapun ya.. Salah satu yang pernah saya alami adalah mengikuti tren smartphone. Setiap ada smartphone baru, saya pasti akan selalu beli. Tapi pada suatu momen, saya memulai berfikir, apakah perlu saya mengganti smartphone? Apakah smartphone yang sudah saya miliki ini sudah cukup memenuhi kebutuhan saya paling tidak 2 tahun kedepan? Sejak pemikiran saat itu, hingga saat ini saya masih menggunakan smartphone yang tanggal pembeliannya adalah 3 tahun yang lalu. Memang saya masih sering tergiur dengan samrtphone keluaran terbaru, tapi kembali ke pertanyaan tadi, APAKAH SAYA MEMBUTUHKANNYA?
KESIMPULAN
Dari penjelasan dan refleksi diri di atas, saya bisa tarik kesimpulan beberapa alasan yang membuat kita gagal menabung :
- Gaya Hidup Yang Terlalu Tinggi
- Tidak Mau Terlihat Tidak Mampu di Hadapan Teman-teman atau Lingkungan Sosial
- Tidak Bisa Menahan Diri Saat Berbelanja
Nah dari 3 poin di atas, saya harap para pembaca yang budiman dapat merefleksikan diri, apakah selama ini saya boros sehingga tidak bisa menabung? Atau saya sudah menabung namun tidak maksimal karena pengeluaran yang terlalu boros dan bisa lebih efisien?
Demikian artikel ini semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar